Keyakinan semacam ini banyak di miliki oleh kaum Muslimin, yaitu bahwa Alloh Ta’ala pada malam nisfu sya’ban turun ke langit dunia. Keyakinan mereka bukan tanpa alasan, di karenakan memang terdapat hadits yang menjelaskannya. Namun apabila kita lihat derajat hadits yang menjelaskan bahwa Alloh turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban tidak dapat di jadikan hujjah, bahkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa haditsnya maudhu’ (palsu).
Untuk lebih jelasnya marilah kita coba mencermati hadits tersebut ;
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ الْخَلاَّلُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِى سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا. فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ »
“Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin ‘Ali Al Khallal, telah mengatakan kepada kami Abdur Razaq, telah mengabarkan kepada kami Ibnu Abi Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far, dari bapaknya, dari Ali bin Abi Thalib beliau berkata ; Rasululloh Shalallohu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda : “Ketika malam nisfu sya’ban, tegakkanlah malamnya untuk beribadah, berpuasalah di siang harinya, sesungguhnya Alloh turun pada malam itu ke langit dunia semenjak matahari mulai terbenam kemudian berfirman : “Adakah orang yang meminta ampun maka Aku akan mengampuninya, adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberikanya rizki, adakah orang yang terkena musibah maka Aku akan menolongnya, adakah orang yang meminta maka Aku akan memberinya, adakah orang yang begini,..begitu,..” demikian hinga terbit fajar.”.
Hadits di atas di keluarkan oleh Ibnu Majah (1/444 no. 1388), Al Bushiri dalam kitabnya (2/10), juga Al Baihaqi mengeluarkannya dalam Syu’abul Iman(3/378 no. 3822), dan Ad Dailami (1/259 no. 1007). Juga Abdul Malik bin Basyran (no. 686) dalam kitabnya Majalis Ukhra, Al Fakihi dalam Akhbaru Makkah (no. 1772), Yusuf al Maziy dalam Tahdzibul Kamal (no. 2611), Ibnul Jauzi dalam Al Ilal Al Mutanahiyah (no. 913), dan Abdul Ghani bin Abdul Malik Al Maqdisiy dalam At Targhib fi ad Du’ai wal Khatsu ‘Alaihi (no. 33). [1]
Perawi-perawi yang ada dalam hadits di atas adalah ;
- Al Hasan Bin Ali, dengan kuniyah Abu Ali atau Abu Muhammad, termasuk thabaqah ke 10. Abu Hatim berkata tentang beliau ; ‘shaduq’, At Tirmidzi mengatakan ; ‘Dia Hafidz’, An Nasaai mengatakan ; ‘Tsiqah’ (terpercaya), ad Dzahabi berkata ; ‘Tsabata Hujjah’. Dan secara umum menurut para ulama ahli hadits ia adalah orang yang terpercaya.
- Abdur Razaq, nama panjang beliau adalah Abdur Razaq bin Hammam bin Nafi’, terkenal dengan kuniyah Abu Bakr. Termasuk thabaqah ke 9, meskipun tertuduh bermadzhab syiah, namun secara umum periwayatannya bisa di terima dan ia adalah seorang yang terpercaya dan hafidz. Abu Bakr Al Bazzar berkata tentangnya ; ‘Ia terpercaya, namun bermadzhab syi’ah’, Abu Hatim Ar Razi berkata ; ‘Haditsnya di tulis’, namun tidak di jadikan hujjah’, An Nasaai mengatakan ; ‘Perlu di pertimbangkan’, Ad Daruqtni mengatakan ; ‘Terpercaya’. Imam Bukhari dan Imam Muslim juga meriwayatkan darinya.
- Ibnu Abi Sabrah, ia adalah Abdullah bin Abdullah bin Muhammad bin Abi Sabrah bin Abi Rahm, terkenal dengan kuniyah Abu Bakr. Termasuk thabaqah ke 7, Al Hakim mengatakan ; Laisa bil qawiy, Al Jarjaniy mengatakan ; ‘Secara umum yang apa yang di riwayatkannya tidak terjaga’, ‘dan dia termasuk orang yang suka memalsukan hadits’, Imam Ahmad mengatakan ; ‘Ia memalsukan hadits, berbohong’, An Nasaai mengatakan ; ‘Haditsnya di tinggalkan’, Ibnu Hajar mengatakan ; ‘Para ulama hadits menuduhnya termasuk pemalsu hadits’. Dan dialah yang menjadikan hadits ini cacat.
- Ibrahim bin Muhammad, lebih terkenal dengan nama Ibrahim bin Muhammad Al Hasyimi, termasuk thabaqah ke 7, derajat beliau secara umum adalah ‘shaduq wa hasanul hadits’ (Benar, jujur dan haditsnya baik) hadits beliau bisa di terima. Ibnu Hajar mengatakan ia ; ‘shaduq’, Ad Dzahabi mengatakan ia ; Syaikh.
- Muawiyah bin Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib, termasuk ke dalam thabaqah ke 4, Ibnu Hibban menyebutkannya dalam Atssiqaat, Ibnu Hajar berkata tentangnya ; haditsnya diterima, Ad Dzahabi mengatakan ; Terpercaya, Ibnu Syaibah mengatakan ; Beliau di sifati dengan keutamaan dan ilmu. Dan secara umum dia terpasuk terpercaya.
- Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib bin Abdul Muthallib bin Hasyim, termasuk sahabat dan berada di thabaqah pertama. Ad Dzahabi mengatakan bahwa beliau merupakan orang yang pertama kali di lahirkan dari kalangan muhajirin di Habasyah. Dan ia merupakan puteri dari Asma’ binti Umais.
- Ali bin Abi Thalib, salah seorang sahabat yang mulia sebagaimana kita ketahui, termasuk dari sepuluh sahabat yang di janjikan Surga oleh Nabi dan As Sabiqunal Awwalun (golongan pertama yang mesuk Islam). [2]
Kesemua perawi dalam hadits di atas bisa di terima, kecuali Ibnu Abi Sabrah, dan itulah yang menjadikan hadits ini cacat dan tidak dapat di jadikan hujjah, karena ia termasuk orang yang suka memalsukan hadits. Bahkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa derajat hadits ini maudhu’atau palsu.
Oleh karenanya memuliakan malam nisfu sya’ban dan mengkhususkannya dengan amalan-amalan tertentu berdalil dengan hadits ini, tidaklah di terima.
Tidak benar bahwa Alloh Ta’ala turun ke langit dunia hanya khusus pada malam nisfu sya’ban sebagaimana hadits maudhu’di atas. Sesungguhnya tidak hanya pada malam nisfu sya’ban-pun telah di jelaskan oleh Nabi dalam sebuah hadits yang shahih bahwa Alloh turun ke langit dunia setiap hari pada sepertiga akhir malam. Dalam sebuah hadits qudsi di katakan ;
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِى سَلَمَةَ وَأَبِى عَبْدِ اللَّهِ الأَغَرِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ »
“Telah berkata kepada kami Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dan Abu Abdullah al Agharr dari Abu Hurairah -semoga Alloh meridhai beliau- bahwasanya Rasul Shalallohu ‘alaihi wa Sallam bersabda ; “Alloh Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika sepertiga akhir malam kemudian berfirman ; “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan aku jawab, barangsiapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan aku ampuni”. (HR : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik, Thabrani, Abdur Razaq dan yang lainnya)
Wallohu ta’ala a’lam,… [AR]
[1]. Lihat Mausu’atul Hadits via islamweb.net
[2]. Pengklasifikasian perawi diatas berdasarkan Mausu’atul Hadits via islamweb.net
Recent Comments