Mulia Di Sisi Alloh, Mulia Di Sisi Manusia

Oleh : Abu Ruqoyyah Setyo Susilo

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَكْرَمُ النَّاسِ قَالَ أَتْقَاهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ قَالَ فَيُوسُفُ نَبِيُّ اللَّهِ ابْنُ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ نَبِيِّ اللَّهِ ابْنِ خَلِيلِ اللَّهِ قَالُوا لَيْسَ عَنْ هَذَا نَسْأَلُكَ قَالَ فَعَنْ مَعَادِنِ الْعَرَبِ تَسْأَلُونِي خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا

 “Dari Abu Hurairah ia mengatakan ; Dikatakan kepada beliau : Ya Rasululloh, siapakah manusia yang paling mulia,.? Beliau mengatakan ; “Yang paling bertakwa diantara mereka”. Mereka mengatakan ; Bukan tentang itu kami bertanya kepada anda. Nabi bersabda ; Maka Nabi Yusuf Nabiyullah bin Nabiyullah bin Nabiyullah bin Khalilullah. Mereka berkata lagi ; Bukan tentang itu kami bertanya kepada anda. Nabi menjawab : “Apakah tentang ma’adin orang-orang Arab kalian bertanya,.? Yang paling mulia diantara mereka pada masa Jahiliyah adalah yang paling utama dalam Islam apabila mereka faham agama.” (HR : Bukhari & Muslim)

Tatkala Nabi Shalallohu ‘alaihi wa Sallam di tanya perihal siapakah orang yang paling mulia di antara manusia,.? Maka beliau menjawab bahwa orang yang peling mulia diantara mereka adalah orang yang paling bertakwa. Jawaban beliau ini selaras dengan apa yang di firmankan oleh Alloh :

 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS : Al Hujurat : 13)

Maka Alloh tidak melihat dari sisi nasab, harta, ketampanan ataupun kecantikan, namun yang Alloh lihat adalah sisi amalan yang di kerjakannya. Sifat takwa juga bisa membawa seseorang pada kemuliaan di sisi manusia, di karenakan sifat takwa yang ia miliki akan membawanya pada kepribadian yang baik dan luhur, sehingga manusia pun akan menyukainya.

Namun bukan itu yang di maksudkan oleh para sahabat, mereka mengatakan {“Bukan tentang itu kami bertanya kepada anda”}, maka lantas nabi mengatakan bahwa yang paling mulia adalah Nabi Yusuf bin Ya’kub bin Ishak bin Ibrahim. Lagi-lagi bukan itu yang di maksudkan oleh para sahabat, lalu Nabi bertanya kepada mereka {Apakah tentang ma’adin orang-orang Arab kalian bertanya,.?}. Makna dari ma’adin adalah asal atau nasab, maka yang Nabi tanyakan adalah {“apakah tentang asal dan nasab orang-orang Arab kalian bertanya,.?”}. Kemudian beliau jelaskan bahwa {“Yang paling mulia diantara mereka pada masa Jahiliyah adalah yang paling mulia dalam Islam apabila mereka faham agama.”} yaitu manusia yang paling mulia dari sisi nasab dan asal, merekalah yang paling mulia pada zaman jahiliyah, dan mereka akan menjadi orang yang paling mulia dalam Islam namun dengan syarat mereka faham ilmu agama.

Sebagai contoh Bani Hasyim di kenal sebagai keluarga yang memiliki kemuliaan dari kalangan kaum Quraisy, mereka akan menjadi orang yang paling mulia dalam Islam namun dengan syarat mereka faham ilmu agama Islam, dan mereka mau mempelajari Islam. Jika mereka tidak menjadi orang yang faqih dalam masalah agama Islam, maka mereka tidak bisa di katakan orang yang paling mulia di sisi Alloh.

Pada hadits ini terdapat dalil bahwa memang manusia bisa menjadi mulia dengan nasab yang ia miliki. Jika seseorang itu berasal dari nasab yang mulia, maka ia akan menjadi mulia dengan nasabnya, dengan syarat ia merupakan seorang yang faqih dalam masalah ilmu agama.

Nabi Shalallohu ‘alaihi wa Sallam adalah salah satu diantara orang tersebut, beliau berasal dari nasab yang mulia yaitu Bani Hasyim. Alloh berfirman mengenai masalah ini ;

 

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ

“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan” (QS : Al An’am : 124)

Yaitu di letakkan pada perut Bani Hasyim, keluarga yang mulia dari sisi nasab. Jika sekiranya Bani Hasyim bukan merupakan keluarga yang memiliki kemuliaan dari sisi nasab niscaya  Rasululloh tidak akan di lahirkan dari keluarga tersebut.

Orang Yang Mulia Pada Masa Ini

Kebanyakan orang pada masa ini akan menganggap mulia seseorang jika ia memiliki harta dan kedudukan di dalam masyarakat. Semakin banyak harta yang di miliki seseorang maka ia akan semakin di muliakan dan di hormati, meskipun secara akhlak dan perilaku ia adalah orang yang buruk. Perlakuan kepadanya pun akan menjadi beda tatkala ia memiliki harta dan pangkat. Hal ini tampak sekali di masyarakat,.! Cobalah kita tengok keadaan orang yang tidak memiliki harta sama sekali, kita akan melihat ia tersisihkan dalam masyarakat dan tidak di anggap. Namun tatkala ia berubah mendadak menjadi orang yang kaya raya, maka masyarakat akan menghormatinya, menyanjungnya, dan memuliakanya. Itulah tolok ukur mereka.

Orang Yang Mulia Menurut Alloh

 Orang yang paling mulia di sisi Alloh tentunya adalah orang yang paling bertakwa. Ini jelas di sabdakan oleh Nabi –Shalallohu ‘alaihi wa Sallam- sebagaimana hadits di atas dan firman Alloh dalam surat Al Hujurat. Alloh memberikan apreseasi yang tinggi kepada orang yang bertakwa kepada-Nya dengan menjanjikan berbagai balasan dan pahala bagi mereka. Diantara balasan dan pahala bagi mereka orang-orang yang bertakwa sebagaimana di firmankan oleh Alloh dalam surat Al Ahzab ;

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS : Al Ahzab : 80-81)

Ada tiga apreseasi yang Alloh berikan kepada orang yang bertakwa dalam ayat ini. Pertama Alloh akan membenarkan amalan-amalan yang di kerjakan, kedua Alloh akan mengampuni dosa orang yang bertakwa, dan yang ketiga Alloh menjanjikan kepada orang yang bertakwa dengan kemenangan yang besar.

Pada surat Al Anfaal Alloh juga memberikan penghargaan kepada orang-orang yang bertakwa, dengan menjanjikan kepada mereka beberapa keutamaan. Alloh berfirman ;

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS : Al Anfaal : 29)

Bentuk penghargaan Alloh kepada orang yang bertakwa dalam ayat ini pertama akan di berikan furqaan (pembeda), yang denganya kita bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah, haq dan batil, sunnah dan bid’ah, syirik dan tauhid dan lain sebagainya. Dengan kata lain Alloh akan memberikan ilmu yang denganya kita bisa memilah perkara-perkara tersebut.

Kedua akan di jauhkan dari kesalahan-kesalahan. Penjauhan seseorang dari kesalahan-kesalahan adalah dengan di tunjukannya ia pada amalan-amalan yang baik. Ini berarti seseorang yang bertakwa maka Alloh akan memudahkan ia untuk beramal shalih.

Ketiga akan di ampuni dosa-dosanya. Yaitu dengan di mudahkannya ia untuk ber-istighfar dan bertaubat. Ini merupakan bagian dari nikmat Alloh terhadap hamba-Nya.

[Bahan bacaan ; Kitab Syarhu Riyadhis Shalihin Min Kalami Sayyidil Mursalin karya Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, pada bab Takwa 1/513-521, terbitan Darul Wathan-Riyadh tahun 1426 H]

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published.