MENDULANG SURGA DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA (Bag. 1)
Setiap dari diri kita pasti adalah seorang anak, yang sudah pasti juga memiliki orang tua, karena tidak mungkin kita lahir ke dunia ini tanpa perantaraan kedua orang tua. Begitu besar jasa keduanya kepada kita, mulai dari melahirkan kita, kemudian mengasuh kita dengan segala kasih sayang keduanya. Mereka rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan kita, dan tentunya mereka senantiasa berharap yang terbaik bagi kita. Itulah orang tua.
Islam memberikan apreseasi yang besar kepada keduanya, hingga menempatkan keridhaan Alloh tergantung kepada keridhaan keduanya. Demikian pula Islam mengatur tata cara bermuamalah dengan keduanya. Al Qur’an secara tegas memerintahkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada keduanya. Alloh Ta’ala berfirman ;
وَوَصَّيْنَا الْإنْسانَ بوالدَيْه حُسْنًا
“Dan Kami telah mewasiatkan kepada manusia agar ia senantiasa (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya,.” (QS : Al Ankabut : 8)
Adapun dari Sunnah, maka kita dapatkan banyak sekali hadits-hadits Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa Sallam- perintah agar kita bermuamalah kepada keduanya dengan baik. Dan pada bahasan kali ini akan kami sebutkan beberapa hadits yang di dalamnya berisi anjuran dan perintah agar kita senantiasa berbakti kepada orang tua kita, berikut fiqih haditsnya yang kita sarikan dari kitab Rosysyul Barad Syarh Al Adabil Mufrad, cetakan pertama, terbitan Dar Ad Da’iy Lin Nasyr Wa At Tauzi’, karya DR. Muhammad Lukman As Salafi. Beliau merupakan Rektor dari Universitas Imam Ibnu Taimiyah, Madinatus Salam, India.
Hadits Pertama
عن أبي عمرو الشيباني واسمه سعد بن إياس – قال : حدثني صاحب هذه الدار – وأشار بيده إلى دار عبد الله بن مسعود رضي الله عنه – قال { سألت النبي صلى الله عليه وسلم : أي العمل أحب إلى الله ؟ قال : الصلاة على وقتها . قلت : ثم أي ؟ قال : بر الوالدين ، قلت : ثم أي ؟ قال : الجهاد في سبيل الله ، قال : حدثني بهن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو استزدته لزادني {
“Dari Abu Amr Asy Syaibani, nama beliau adalah Sa’ad bin Iyas, beliau mengatakan ; “Telah berkata kepadaku pemilik rumah ini –kata beliau sambil menunjuk rumah milik Abdullah bin Mas’ud -semoga Alloh meridhai beliau-, beliau mengatakan ; “Aku pernah bertanya kepada Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa Sallam- ; “Amalan apakah yang paling di cintai oleh Alloh Azza wa Jalla,.?” Nabi menjawab ; “Shalat tepat pada waktunya”. Aku bertanya kembali ; “Lalu apa,.?”. beliau menjawab ; “Lalu berbakti kepada kedua orang tua.”. Aku berkata ; “Kemudian apa,.?” Beliau menjawab ; “Kemudian Jihad di jalan Alloh.” Abdullah Ibnu Mas’ud lalu menambahkan ; “Beliau berkata kepada ku dengan hal itu, hingga seandainya aku menambahkannya niscaya beliau juga akan menambahkannya kepadaku.” (HR : Bukhari dalam Adabul Mufrad)
Fiqih Hadits :
- Anjuran untuk menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya
- Keutamaan memuliakan kedua orang tua
- Jawaban dari pertanyaan di sesuaikan dengan kondisi jiwa orang yang bertanya. Ini karena kita dapatkan hadits lain dengan pertanyaan yang sama namun dengan jawaban berbeda dari Rasululloh -Shalallohu ‘alaihi wa Sallam-. Ketika di tanyakan kepada beliau pada kesempatan lain, amalan apakah yang paling utama beliau menjawab ; sabar, pada kesempatan yang lain lagi jawaban beliau adalah iman kepada Alloh, dan yang lainnya.
- Hadits ini juga menunjukkan pengagungan para sahabat kepada Nabi -Shalallohu ‘alaihi wa Sallam-, ini ada pada kalimat ; “,.seandainya aku menambahkannya niscaya beliau juga akan menambahkannya kepadaku.” Abdullah bin Mas’udtidak melanjutkan pertanyaanya, meskipun beliau yakin apabila beliau menambahkan pertanyaan kepada Nabi niscaya Nabi pun akan menjawabnya.
- Pada hadits ini juga terdapat pelajaran hendaknya seorang mufti dan pengajar memiliki kesabaran terhadap orang yang bertanya ataupun pelajar.
Hadits Kedua
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو ، أَنَّهُ قَالَ : رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ ، وَسَخَطُ الرَّبَّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Dari Abdulloh Ibnu Umar beliau mengatakan ; Ridha Alloh ada pada ridha orang tua, dan kemarahan Alloh ada pada kemarahan orang tua.” (HR : Bukhari & Baihaqi)
Fiqih Hadits :
- Dari hadits ini kita mendapatkan pelajaran besar, bahwa keridhaan Alloh ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Alloh ada pada kemarahan orang tua
- Betapa mulia kedudukan orang tua di sisi Alloh Ta’ala
- Wajibnya seorang anak untuk mencari keridhaan orang tuanya, dan menjauhi segala perbuatan atau sikap yang dapat menyulut kemarahan orang tua
Hadits Ketiga
عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبَرُّ؟ قَالَ :« أُمَّكَ ». قَالَ قُلْتُ :« ثُمَّ مَنْ ». قَالَ :« ثُمَّ أُمَّكَ ». قَالَ قُلْتُ :« ثُمَّ مَنْ ». قَالَ :« ثُمَّ أُمَّكَ ». قَالَ قُلْتُ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ :« ثُمَّ أَبَاكَ ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ »
“Dari bapaknya (maksudnya adalah bapak dari Bahzu bin Hakim), dari kakeknya ia mengatakan ; Aku bertanya kepada Nabi ; “Wahai Rosululloh, kepada siapakah saya arus berbuat baik,.? Beliau menjawab : “Kepada ibumu.” Ia mengatakan ; Aku kembali bertanya ; “Kemudian siapa,.?” Beliau menjawab ; “Kemudian ibumu.” Ia mengatakan ; Aku kembali bertanya ; “Kemudian siapa,.?” Beliau menjawab ; “Kemudian ibumu.” Ia mengatakan ; Aku kembali bertanya ; “Kemudian siapa,.?” Beliau menjawab ; “Kemudian bapakmu, lalu orang yang paling dekat dan yang dekat dan seterusnya.” (HR : Bukhari & Baihaqi)
Fiqih Hadits ;
- Wajibnya berbuat baik kepada kedua orang tua, dan haram hukumnya durhaka kepada keduanya.
- Mendahulukan keridhaan ibu dari pada keridhaan bapak. Ini karena dalam hadits di atas ibu di lebihkan dar pada bapak dalam hal berbuat baik, bahkan sebanyak tiga (3) kali, karena seorang ibu ialah yang capek saat mengandung, merasakan keadaan yang sulit saat melahirkan, begitu pula saat menyusui.
- Dorongan untuk senantiasa berbuat baik kepada orang-orang terdekat kita.
Hadits Keempat
عن ابن عباس، أنه أتاه رجل فقال: إنى خطبت امرأة، فأبت أن تنكحني، وخطبها غيرى، فأحبت أن تنكحه، فغرت عليها فقتلتها، فهل لي من توبة؟ قال: أمك حية؟ قال: لا. قال: تب إلى الله عز وجل، وتقرب إليه ما استطعت. [ قال: عطاء بن يسار: ] فذهبت، فسألت ابن عباس: لم سألته عن حياة أمه؟ فقال: “إنى لا أعلم عملاً أقرب إلى الله عز وجل من بر الوالدة”
“Dari Ibnu Abbas, bahwasanya datang kepada beliau seorang laki-laki, lalu ia berkata kepada beliau ; “Sesungguhnya aku telah melamar seorang wanita namun ia menolak dan enggan untuk menikah denganku, kemudian datanglah orang lain melamarnya dan ia menyukainya kemudian menikahinya. Maka aku cemburu kepadanya lalu aku membunuhnya, apakah masih bisa aku bertaubat,.? Ibnu Abbas menjawab ; “Apakah ibumu masih hidup,.?” Laki-laki itu menjawab ; Tidak (sudah meninggal). Kemudian Ibnu Abbas berkata ; “Bertaubatlah kepada Alloh Azza wa Jalla dan dekatkanlah dirimu kepadaNya semampumu. [Atha bin Yasaar berkata] Lantas aku pergi bertanya kepada Ibnu Abbas ; “Mengapa anda bertanya tentang ibunya masih hidup atau tidak,.? Maka beliau menjawab ; “Sesungguhnya aku tidak mengetahui satu amalan yang lebih bisa mendekatkan diri kepada Alloh melebihi berbakti kepada seorang ibu.” (HR : Bukhari)
Fiqih Hadits ;
- Bolehnya seorang laki-laki mengkhitbah (melamar) wanita yang hendak di nikahinya
- Bolehnya seorang wanita menolak lamaran seorang laki-laki yang ia tidak ridha padanya
- Diantara yang membangkitkan kemarahan seorang laki-laki adalah adanya orang ke tiga dalam masalah cinta
- Seorang pembunuh hendaknya di nasehati dengan taubat nasuha dan agar bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Alloh semampu dia.
- Berbakti kepada ibu dapat mendekatkan ‘Al ‘Asiy’ (seorang pelaku maksiat) -ketika hendak bertaubat- kepada Alloh lebih dekat di bandingkan ketaatan-ketaatan yang lainya.
Wallohu a’lam,….
Insya Alloh bersambung pada tulisan berikutnya,.
Recent Comments